Darah
merupakan salah satu komponen penting di dalam tubuh makhluk hidup
termasuk manusia. Secara sepintas, semua darah sama. Dengan mata awam
kita melihatnya berbentuk cair dengan warna merah dan berbau sedikit
amis. Namun, jika didasarkan pada sains,
darah tentu tak seragam. Bahkan ia dibagi ke dalam beberapa jenis atau
golongan dengan karakteristik yang berbeda. Golongan darah manusia
dibagi ke dalam 4 jenis yakni golongan darah A, golongan darah B,
golongan darah AB dan yang terakhir adalah golongan darah O. Cara menentukan golongan darah
ini secara umum menggunakan pendekatan atau metode yang dalam kajian
ilmiah dikenal dengan istilah sistem ABO dan sistem Rhesus.
Di dalam darah dijumpai agglutinin yang mrupakan antibody yang ada di dalam plasma darah. Ia merupakan antibody yang bersama dengan antigen melakukan reaksi dan ada di bagian permukaan sel darah. Secara umum, agglutinin ini dibagi ke dalam dua jenis yakni agglutinin α atau anti-A serta agglutinin β atau anti-B. Apabila kedua jenis agglutinin ini melakukan rekasi maka akan berakibat pada penggumpalan sel darah merah atau dikenal dengan istilah lisis.
Sistem ABO
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuan bernama Karl Landsteiner (1868 sampai 1943) yang berasal dari Austria. Dengan menggunakan sistem ABO maka darah dikelompokkan menjadi 4 bagian seperti telah disebutkan di atas. Di dalam sel darah merah kita ada yang memang mempunyai antigen A, B juga antigen AB. Namun terdapat juga sel darah merah pada beberapa orang yang tidak memiliki antigen sama sekali, baik itu A juga B. Jenis darah yang ini hanya mempunyai agglutinin yang ditemukan hanya pada bagian plasma darahnya.
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
Di dalam darah dijumpai agglutinin yang mrupakan antibody yang ada di dalam plasma darah. Ia merupakan antibody yang bersama dengan antigen melakukan reaksi dan ada di bagian permukaan sel darah. Secara umum, agglutinin ini dibagi ke dalam dua jenis yakni agglutinin α atau anti-A serta agglutinin β atau anti-B. Apabila kedua jenis agglutinin ini melakukan rekasi maka akan berakibat pada penggumpalan sel darah merah atau dikenal dengan istilah lisis.
Sistem ABO
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuan bernama Karl Landsteiner (1868 sampai 1943) yang berasal dari Austria. Dengan menggunakan sistem ABO maka darah dikelompokkan menjadi 4 bagian seperti telah disebutkan di atas. Di dalam sel darah merah kita ada yang memang mempunyai antigen A, B juga antigen AB. Namun terdapat juga sel darah merah pada beberapa orang yang tidak memiliki antigen sama sekali, baik itu A juga B. Jenis darah yang ini hanya mempunyai agglutinin yang ditemukan hanya pada bagian plasma darahnya.
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
- Golongan darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A dengan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.
- Golongan darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
- Golongan darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A juga B namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak ditemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
- Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
Cara menentukan golongan darah lainnya yakni dengan menggunakan sistem rhesus atau Rh. Sistem yang satu ini tidak mempersoalkan ada atau tidaknya antigen A atau B di dalam sel darah merah. Yang menjadi patokan ukuran justru antigen D yang terdapat di dalam Eryhtrosit. Dengan sistem rhesus, antigen tidak hanya seputar A dan B. Antigen pada sistem rhesus ada banyak, selain A dan B juga ada C, E,c dan juga e. Pembagian darah berdasarkan sistem rhesus hanya dibagi ke dalam dua bagian yakni Rhesus positif atau Rh (+) yakni sel darah yang memiliki antigen D. Sementara itu mereka yang tidak memiliki antigen D disebut Rhesus negative atau Rh (-). Dalam sistem Rhesus dipercaya bahwa antigen D yang paling gampang memompa atau mengoptimalkan proses pembentukan antibody oleh sebab itu yang paling penting untuk dicari justru antigen D tersebut.